Tag Archives: islam

Mendengar, salah Satu Cara Belajar Al-qur’an


Assalamualaikum wr. wb.

Para pembaca yang dirahmati oleh Allah SWT,

Alhamdulillah kita masih bisa berada disini, membaca artikel-artikel ini, menuntut ilmu seperti apa yang diperintahkan oleh nabi kita Rasululullah SAW. Membaca adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan kita, karena membaca adalah salah satu sumber dari ilmu. Begitu pun halnya dengan mambaca Al qur’an, apalagi sampai dengan memahami maknanya, dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya, subhanallah.

Para pembaca yang berbahagia, Continue reading


Cinta, Suatu Perasaan yang Selalu Tergantikan oleh Cinta Lain yang Lebih Indah


Itulah kata-kata yang pernah aku dengar dalam sebuah film yang aku lihat dalam suatu malam di salah satu stasiun televisi. Sampai sekarang pun, sekumpulan kata itu masih tertanam dengan kuat dalam pikiranku. Menyedihkan memang kalau kita mendengar perkataan seperti itu, sepertinya sudah tidak ada lagi cinta sejati di dunia ini. Tapi kalau kita mau dan mampu berfikir dengan hati dan pikiran yang jernih, tidak ada yang salah dengan sebait kata yang tersusun menjadi judul tulisan ini. Di saat kita mencintai seseorang bahkan suatu barang, mungkin dan pasti kita akan mencintainya dengan tulus, dan akan terpaku dengan kuat dalam hati kita bahwa tidak ada sesuatu pun yang bisa menggantikannya. Tetapi ada kalanya kita jenuh dan suatu saat kita melihat kepada yang lain. Tanpa sengaja kita membandingkan dia dengan orang lain. Kalau kita melihat bahwa dia (orang atau barang yang kita cintai) masih lebih baik dengan orang lain, itu tidak akan menjadi masalah karena cinta kita tidak tergantikan. Bagaimana kalau keadaannya berkebalikan, bahwa orang lain yang kita perhatikan jauh lebih baik dibandingkan dengan dia, secara tidak sadar cinta kita akan pudar dan akhirnya hati kita pun mulai berpaling. Continue reading


Adat atau Tradisi dalam Beribadah (3-habis)


Dalam berijtihad masing-masing ulama mempunyai blue print yang berbeda. Namun, secara substansial, para ulama tetap melandaskan ijtihad kepada dasar-dasar yang telah digariskan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadis.

Dalam hal tidak adanya legimitasi syara’, amalan-amalan yang tidak dijalankan atau bahkan ditinggalkan Rasulullah SAW tidak berarti otomatis dilarang, baik bersifat makruh atau haram. Coba kita menerungi sejenak fenomena kontemporer yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari dan beberapa riwayat tentang kehidupan Nabi berikut ini: Continue reading


Adat atau Tradisi dalam Beribadah (2)


Al-Qur’an dan Hadits merupakan rujukan pamungkas bagi syariat Islam. Keduanya mengandung ajaran global yang akan menjawab berbagai problematika umat, di manapun dan sampai kapan pun. Namun demikian, itu bukan berarti tidak menutup kemungkinan ada masalah yang ’tidak ada’ dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dalam artian, rujukan dalam Al-Qur’an atau Hadits tidak merinci semua kejadian yang dialami manusia. Hal ini mengingat bahwa fenomena akan terus berlangsung seiring dengan laju zaman, sedangkan nash-nash yang ada terbatas’.

Banyak sekali hal-hal yang sudah dilegimitasi syara’, di antaranya shalat. Nash mana pun akan mengatakan bahwa shalat hukumnya wajib. Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an QS. An-Nur : 56: ”Tunaikanlah Shalat!Continue reading


Adat atau Tradisi dalam Beribadah (1)


Setiap komunitas selalu mempunyai adat dan tradisi khas sesuai dengan peradaban dan falsafah hidup mereka. Adat dan tradisi tersebut lahir sebagai akibat dari dinamika dan interaksi yang berkembang di suatu komunitas lingkungan masyarakat. Oleh karenanya, bisa dikatakan, adat dan tradisi merupakan identitas dan ciri khas suatu komunitas.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat atau tradisi bermakna kebiasaan perilaku yang dijumpai secara turun-temurun. Karena bermula dari kebiasaan dan itu merupakan warisan dari pendahulu, maka akan terasa sangat ganjil ketika hal itu tidak boleh dilakukan atau dilakukan tapi tidak sesuai dengan kebiasaan yang berlaku. Continue reading


Apakah Pacaran itu Haram?


Manusia diciptakan oleh Allah ta’ala dengan membawa fitrah (insting) untuk mencintai lawan jenisnya. sebagaimana firmanNya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran : 14).

Berkata Imam Qurthubi : “Allah ta’ala memulai dengan wanita karena kebanyakan manusia menginginkannya, juga karena mereka merupakan jerat-jerat syetan yang menjadi fitnah bagi kaum laki-laki, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Tiadalah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari : 5696, Muslim : 2740, Tirmidzi : 2780, Ibnu Majah : 3998). Continue reading


Pintu Syurga Mana saja untuk Muslimah


Surga adalah idaman dan harapan setiap orang beriman, laki-laki dan perempuan, ia adalah akhir perjalanan bagi semua orang yang taat dan patuh kepada Allah dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya, bagi seorang muslimah perkara ini penting karena Rasulullah saw telah menyatakan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah wanita, dari sini mengetahui kunci surga oleh seorang muslimah merupakan perkara penting, dengan meraih kunci ini berarti dia tidak termasuk ke dalam golongan para wanita penghuni neraka.

Rasulullah saw telah merangkum kunci surga muslimah dalam empat perkara, Continue reading


FASAL TENTANG WASILAH DAN TAWASSUL (4-habis)


Tawassul dengan para Sahabat dan Shalihin

Dalam kitab Riyadlus-Shalihin bab Wadaais-shahib hadits no.3, Rasulullah SAW bertawassul supaya Umar jangan lupa untuk menyertakan Rasulullah dalam segala do’anya di Mekkah ketika umrah.

عَنْ عُمَرَبْنِ اْلخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ قَالَ اِسْتَأْذَنْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى اْلعُمْرَةِ فَأذِنَ لىِ وَقَالَ: لاَتَنْسَنَا يَااُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ فَقَالَ كَلِمَةً مَايَسُرُّنِى اَنَّ لىِ بِهَاالدُّنْيَا. وَفِى رِوَايَةِ قَالَ اَشْرِكْنَا يَااُخَىَّ فِى دُعَائِكَ. رواه ابوداود والترمذى

Dari shahabat Umar Ibnul Khattab r.a. berkata: saya minta idzin kepada Nabi SAW untuk melakukan ibadah umrah, kemudian Nabi mengidzinkan saya dan Rasulullah SAW bersabda; wahai saudaraku! Jangan kau lupakan kami dalam do’amu; Umar berkata: suatu kalimat yang bagi saya lelah senang dari pada pendapat kekayaan dunia. Dalam riwayat lain; Rasulullah SAW bersabda: sertakanlah kami dalam do’amu”. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Dan masih banyak lagi dalil-dalil tawassul, namun kiranya cukup apa yang telah disebutkan di atas. Continue reading


FASAL TENTANG WASILAH DAN TAWASSUL (3)


Tawassul dengan Rasulullah SAW

Sewaktu masih hidup dan setelah wafat, tawassul pada Rasulullah itu disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an, misalnya, firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 64:

وَلَوْ اَنَّهُمْ اِذْظَلَمُوْااَنْفُسَهُمْ جَاءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوااللهَ وَاسْتَغْفَرَلَهُمُ الَّرسُوْلُ لَوْ جَدُوااللهَ تَوَّاباً رَحِيْماً

“Walaupun sesungguhnya mereka telah berbuat dhalim terhadap diri mereka, kemudian mereka datang kepadamu (Muhammad), mereka meminta ampun kepada Allah dan Rasul memintakan ampun untuk mereka, pasti mereka menjumpai Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

Dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa Allah SWT mengampuni dosa-dosa orang yang dhalim, disamping do’a mereka tetapi ada juga wasilah (do’anya) Rasulullah SAW. Continue reading


FASAL TENTANG WASILAH DAN TAWASSUL (2)


Bertawassul dengan Orang yang Sudah Mati

Kembali pada keyakinan kita, bahwa ketika seseorang mati maka yang rusak dan hancul adalah badannya atau jasadnya, sedang rohnya tetap hidup dan tidak mati. Sebab, mereka itu berada di alam barzah. Mereka telah putus segala amal perbuatan mereka untuk diri mereka sendiri. Dalam kitab Shahih Muslim juz II disebutkan;

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ: اِذَامَاتَ اْلاِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ اِلاَّ مَنْ ثَلاَثٍ اِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْوَلَدٍ صَاِلحٍ يَدْعُوْلَهُ.

“Apabila manusia telah mati maka terputuslah darinya amalnya, kecuali tiga; kecuali dari shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfa’at atau anak shaleh yang mendo’akan.” (HR Muslim)

Hadits semacam ini juga termaktub dalam Sunan Tirmidzi juz III, dalam Sunan Abu Dawud juz III dan dalam Sunanu Nasa’i juz VI. Hadits di atas menjelaskan bahwa apabila manusia telah meninggal dunia itu putus segala amalnya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang lain, misalnya ahli kubur mendo’akan orang yang di dunia tidak ada keterangan yang melarang. Continue reading